Jumat, 18/10/2013 10:49 WIB
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Berita Lainnya
Jakarta, Kanker payudara adalah salah satu penyakit yang menghantui perempuan, meskipun tidak hanya kaum hawa saja yang bisa terkena penyakit ini. Nah, perempuan-perempuan tertentu lebih berisiko terkena penyakit kanker payudara. Perempuan yang seperti apa?
"Risiko kanker payudara bisa lebih besar pada wanita yang menstruasi pertama kali terjadi di bawah umur 12 tahun, melahirkan anak pertama kali di atas usia 30 tahun, tidak menikah, mendapat pengobatan hormonal, termasuk KB hormonal seperti pil, susuk, atau suntik," kata Dr Martha Roida Manurung, dari Instalasi Deteksi Dini dan Onkologi Sosial RS Kanker Dharmais dalam talkshow 'Save Your Breasts Save Your Life' di Grand Indonesia, Jakarta, dan ditulis pada Jumat (18/10/2013).
Selain itu risiko kanker payudara juga lebih besar pada perempuan yang menopause di atas 55 tahun, dan pernah operasi tumor jinak di payudara. "Karena ada beberapa jenis tumor jinak dalam beberapa tahun ke depan punya tendensi jadi kanker. Juga wanita yang suka makan makanan tinggi lemak dan minum alkohol," imbuh Dr Martha.
Dr Martha mengingatkan bahwa tidak semua benjolan pada payudara adalah indikasi adanya kanker. Ciri benjolan kanker hanya ada di satu payudara, diraba keras, permukaan tidak rata, nyeri, dan tidak mudah digerakkan. Pada payudara, jika terdapat sel kanker, maka kulitnya kemerahan atau ada cekungan seperti lesung pipit.
"Lihat di puting atau bagian tubuh lain adakah luka yang tidak sembuh dalam waktu enam bulan, karena kanker bisa saja bentuknya seperti itu. Gejala lainnya puting susu bisa tertarik ke dalam, kulit puting menebal, atau keluar cairan merah," lanjut Dr Martha.
Nah, tindak lanjut jika ada kelainan di payudara seperti itu, sebaiknya dilakukan USG atau mamografi. Mamografi biasanya dianjurkan untuk wanita di atas 35 tahun.
"Agar mamografi tidak terasa sakit, cobalah rileks. Alat ini hanya untuk mengambil foto payudara secara keseluruhan dan hanya butuh waktu beberapa detik melakukannya," pungkas Dr Martha.
(vit/up)
"Risiko kanker payudara bisa lebih besar pada wanita yang menstruasi pertama kali terjadi di bawah umur 12 tahun, melahirkan anak pertama kali di atas usia 30 tahun, tidak menikah, mendapat pengobatan hormonal, termasuk KB hormonal seperti pil, susuk, atau suntik," kata Dr Martha Roida Manurung, dari Instalasi Deteksi Dini dan Onkologi Sosial RS Kanker Dharmais dalam talkshow 'Save Your Breasts Save Your Life' di Grand Indonesia, Jakarta, dan ditulis pada Jumat (18/10/2013).
Selain itu risiko kanker payudara juga lebih besar pada perempuan yang menopause di atas 55 tahun, dan pernah operasi tumor jinak di payudara. "Karena ada beberapa jenis tumor jinak dalam beberapa tahun ke depan punya tendensi jadi kanker. Juga wanita yang suka makan makanan tinggi lemak dan minum alkohol," imbuh Dr Martha.
Dr Martha mengingatkan bahwa tidak semua benjolan pada payudara adalah indikasi adanya kanker. Ciri benjolan kanker hanya ada di satu payudara, diraba keras, permukaan tidak rata, nyeri, dan tidak mudah digerakkan. Pada payudara, jika terdapat sel kanker, maka kulitnya kemerahan atau ada cekungan seperti lesung pipit.
"Lihat di puting atau bagian tubuh lain adakah luka yang tidak sembuh dalam waktu enam bulan, karena kanker bisa saja bentuknya seperti itu. Gejala lainnya puting susu bisa tertarik ke dalam, kulit puting menebal, atau keluar cairan merah," lanjut Dr Martha.
Nah, tindak lanjut jika ada kelainan di payudara seperti itu, sebaiknya dilakukan USG atau mamografi. Mamografi biasanya dianjurkan untuk wanita di atas 35 tahun.
"Agar mamografi tidak terasa sakit, cobalah rileks. Alat ini hanya untuk mengambil foto payudara secara keseluruhan dan hanya butuh waktu beberapa detik melakukannya," pungkas Dr Martha.
(vit/up)
0 komentar:
Posting Komentar